Senin, 30 November 2009

Perbedaan antara suka,,sayang,,dan cinta !

gw unduh dari Kaskus nih gan...dan gw rasa tulisan ini bener2 pas menyatakan perbedaan ketiganya..:D

Suka adalah saat kamu ingin memiliki seseorang. . .

Sayang adalah saat kamu ingin membahagiakan orang itu. . .

Dan cinta adalah saat kamu akan berkorban untuk orang itu . . .

Saat kamu bersedih dan menangis maka seseorang yg “menyukaimu” akan berkata ’sudahlah jgn menangis lg’

tp seseorang yg ‘menyayangi’ akan diam dan ikut menangis bersamamu . . .

Dan seseorang yg ‘mencintaimu’ akan membiarkanmu menangis dan menunggumu hingga tenang lalu berkata ‘mari kita selesaikan ini bersama’

saat seseorang yg menyukaimu berada disampingmu maka dia akan bertanya ‘bolehkah aku menciummu?’

tp seseorang yg menyayangimua maka dia akan berkata ‘biarkan aku memelukmu’

dan seseorang yg mencintaimu takkan berbicara..dia hanya akan selalu memegang erat tanganmu seakan dia takkan mau membiarkanmu terjatuh . . .

Saat kamu menyukai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan marah dan takkan mau lg berbicara dengannya..

Tp jika kamu menyayangi seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan menangis karenanya..

Dan jika kamu mencintai seseorang dan seseorang itu menyakitimu maka kamu akan tersenyum walau itu pahit dan berkata ‘dia hanya belum tahu apa yg dia lakukan’

suka hanyalah keegoisan diri sendiri…
Sayang adalah memberi dan menerima..
Dan cinta adalah rela berkorban…

Suka hanya akan berbuat jika itu menyenangkan..
Sayang berbuat karena ingin selalu ada untuknya..
Dan cinta berbuat karena tak ingin membuatnya terluka tak peduli bgaimana keadaan kita. . .

Kamis, 26 November 2009

Michael Kalashnikov

Mungkin sudah tidak asing lagi mendengar nama AK-47, bagi para gamer yang senang bermain Counter Strike, Black, Resident Evil, Point Blank,etc sangat mengenal nama tersebut. Tapi apakah anda tahu apakah singkatan dari AK-47? Siapa Penemunya ? Berikut artikel dari kompas yang memuat penemu dari AK-47

Kalashnikov, AK-47 demi Tanah Air

Mikhail Timofeyevich Kalashnikov

Rabu, 25 November 2009 | 08:41 WIB

 Oleh Pieter P Gero
KOMPAS.com — Jangan menggugat Mikhail Timofeyevich Kalashnikov. Apalagi membuat dia harus bertanggung jawab atas merebaknya aksi bersenjata yang masih marak di beberapa tempat di planet Bumi ini.
Pria yang pada 10 November lalu berusia 90 tahun ini mengatakan, ia menciptakan senjata AK-47 yang populer itu hanya untuk mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.


Alasan Kalashnikov ini yang membuat dia bisa hidup praktis tanpa beban sampai usia senjanya. ”Dalam usia ke-90 tahun, saya adalah manusia yang berbahagia,” ujarnya dalam wawancara dengan surat kabar Pemerintah Rusia, Rossiiskaya Gazeta, belum lama ini.

Kalashnikov gembira saat Pemerintah Rusia memberikan penghargaan atas desain senjata AK-47 buatannya. Perayaan peringatan usia 90 tahun ini misalnya, diwarnai pembacaan puisi-puisi patriotik karya Kalashnikov.
Puisi yang dia buat waktu masih berusia muda. Dia dengan lantang membacakan beberapa karyanya ini.
”Saya tidak pernah berniat membuat senjata untuk digunakan dalam berbagai konflik di seluruh dunia. Saya membuatnya untuk mempertahankan wilayah tanah air saya,” tegas Kalashnikov saat pemberian penghargaan atas sukses AK-47 itu di Kremlin, Moskwa, ibu kota Rusia.

Kalashnikov diberi penghargaan prestisius, Pahlawan Rusia, yang diserahkan langsung oleh Presiden Rusia Dmitry Medvedev. ”AK-47 adalah sebuah contoh brilian dari persenjataan Rusia, dan sebuah simbol nasional yang menumbuhkan rasa bangga pada setiap warga negara,” kata Medvedev memuji.
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin memuji Kalashnikov yang dia katakan sebagai ”legendaris sesungguhnya”. Acara penganugerahan penghargaan ini disiarkan langsung televisi nasional Rusia. Dua kosmonot Rusia yang berada di Stasiun Ruang Angkasa Internasional atau ISS juga memuji kehebatan kontribusi karya Kalashnikov tersebut.

”Nama Anda seperti kosmonot pertama Yury Gagarin, telah menjadi simbol dari negara kami pada abad XX,” ujar komosnot Maxim Surayev dari ISS.
Yuri Alekseyevich Gagarin menjadi pahlawan Uni Soviet karena dia merupakan manusia pertama yang mencapai ruang angkasa dan kembali ke orbit pada 12 April 1964.

Terjual 100 juta unit
Kalashnikov yang tampak sehat pada usia 90 tahun ini hidup sederhana di Izhevsk, sebuah kota industri sekitar 1.300 kilometer arah timur Moskwa. Padahal, senjata temuannya, AK-47, sudah terjual lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia. Sebuah angka yang sebenarnya akan mendatangkan keuntungan finansial bagi penemunya.
Beberapa sumber menyebutkan, Kalashnikov hidup dengan uang pensiun sekitar 500 euro atau sekitar Rp 7 juta per bulan. Hal itu karena setiap warga negara bekas Uni Soviet tidak punya hak paten. Dia juga memperoleh sebuah vila mewah musim panas dan sebuah apartemen dengan empat kamar dari pemerintah.
AK-47 merupakan singkatan dari Avtomat Kalashnikova atau Automatic Kalashnikov, senjata serbu otomatis karya Kalashnikov. Sementara angka 47 menunjukkan senjata ini mulai diproduksi tahun 1947. AK-47 menjadi senjata serbu yang paling banyak diproduksi.

Angkatan Bersenjata Uni Soviet (kini Rusia) mulai menggunakan AK-47 tahun 1949, dua tahun setelah diproduksi dan ternyata efektif. Senjata ini kian populer di kalangan aksi bersenjata berhaluan komunis di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Saat perang Vietnam, AK-47 berperan utama dalam aksi tentara Vietnam Utara menghadapi tentara Amerika Serikat dan Vietnam Selatan.
Kini, angkatan bersenjata di 55 negara di dunia menggunakan AK-47 (yang sudah dimodernisasi) sebagai senjata organik mereka. Angkatan bersenjata Indonesia juga pernah menggunakan senjata AK-47 pada era Orde Lama dan awal Orde Baru.
Beberapa negara seperti Mozambik dan Burkina Faso menempatkan gambar AK-47 pada bendera mereka. Begitu juga pada bendera kelompok bersenjata Hizbullah. Banyak anak laki-laki di Afrika diberi nama ”Kalash”, singkatan dari Kalashnikov karena AK-47 dianggap membantu perjuangan mereka.

Masa kecil
Di sisi lain, sikap Kalashnikov yang membuat AK-47 untuk membela tanah airnya juga masuk akal. Lahir di Kurya, wilayah Altai, masa kecil Kalashnikov sangat tragis. Ayahnya termasuk salah satu korban pengasingan diktator Uni Soviet, Joseph Stalin, pada tahun 1930.
Saat tentara Nazi Jerman menyerbu Uni Soviet, Kalashnikov ikut dalam divisi tank. Pada pertempuran Oktober tahun 1941 di Brysansk, dia cedera dan harus mundur ke garis belakang.
Dia kemudian bertugas di bengkel militer dan mulai mengutak-atik senjata. Apalagi saat itu Uni Soviet tengah mencari senjata yang ampuh, menyusul kekalahan mereka dari Jerman. Senjata yang bisa mempertahankan Soviet dari serbuan musuh.
Senjata Jerman, StG44 (Sturmgewehr 44), tahun 1946 menjadi pijakan desain Kalashnikov. StG44 memang dikenal ampuh, sederhana, dan bandel. Tak heran Jerman bisa unggul di semua sektor peperangan di Eropa dan Afrika Utara.
Rancangan yang sederhana, mudah penggunaannya, serta biaya produksi yang relatif murah membuat senjata rancangan Kalashnikov diterima pimpinan militer Uni Soviet. Kini, AK-47 dalam versi terbaru juga dipakai angkatan bersenjata Rusia.

Senjata Kalashnikov memang simpel. Beratnya pada awal sekitar 4,3 kilogram. Namun kini dibuat versi dengan berat hanya 3,6 kilogram. Itu sebabnya, banyak anak-anak anggota kelompok bersenjata dengan enteng menyandang AK-47. Harga AK-47 juga relatif murah, bisa diperoleh dengan 125 dollar AS atau Rp 1,25 juta di pasar gelap.
Izhmash, produsen AK-47 di Rusia, mengaku, senjata AK-47 yang dipalsu diproduksi di Bulgaria, China, Polandia, dan AS. Aksi pemalsuan ini membuat Izhmash merugi hingga 360 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,6 triliun per tahun.
Kalashnikov sendiri tak peduli dengan kerugian tersebut. ”Tentu saja, seperti setiap orang pada umumnya, ada yang perlu disesalkan (dengan AK-47). Namun saya tegaskan, saya tidak akan memilih jalan hidup yang lain sekalipun ada peluang untuk itu,” ujarnya.

”Saya membuat senjata ini untuk mempertahankan tanah air. Bukan salah saya jika senjata ini lalu digunakan untuk hal yang dianggap tak baik. Ini tanggung jawab para politisi,” ujar Kalashnikov di Kremlin.
”Tak ada sebuah senjata pun yang memulai perang,” ucapnya menambahkan, saat pameran senjata di Delft, Belanda, tahun 2003. Itu sebabnya, mengapa Kalashnikov bisa tetap hidup bahagia tanpa beban sampai usia senjanya kini.

Hak paten yg tidak dimiliki kalasnikov membuatnya hidup sederhana tanpa beban ya secara logika saya setuju dengan pandangan beliau bahwa senjata bukanlah yang memulai perperangan dan senjata tidak memiliki dosa apapun. Yang berdosa adalah pihak2 yang menggunakannya dengan niat buruk dan tentu merugikan pihak masyarakat.


Jumat, 20 November 2009

Keadilan yang Ambigu 2

Artikel ini merupakan lanjutan dari kisah Nenek Minah yang di tulis oleh Eko Widiyanto pada Republika edisi Jumat, 20 November 2009.

Air Mata tak tertahankan jatuh di mata hakim yang membacakan berkas putusan vonis terdakwa pencurian tiga buah kakao, Nenek Minah. Para penegak keadilan yang lain pun terlihat galau dan sedih saat mengikuti jalannya pengadilan. Mereka membayangkan seandainya Nenek Minah itu ibu mereka, tiga butir kakao membawa seorang ibu mereka yg sudah tua renta ke dalam pengadilan.

Sisi kemanusiaan lagi-lagi harus bentrok dengan proses formal suatu lembaga penegak hukum.  Majelis hakim menilai, polisi, jaksa, dan hakim, mestinya bisa melihat dampak yang ditimbulkan dari perbuatan pelaku. ''Kalau dampaknya tak terlalu merugikan masyarakat secara luas, termasuk korban sendiri, mestinya bisa ditangani dengan pendekatan lain dulu, sehingga tidak semua diproses pidana,'' kata hakim Bambang saat sidang di PN Purwokerto, Jateng, Kamis (19/11).

Yang jelas, selama proses persidangan berlangsung, majelis hakim mengaku tidak menemukan hal-hal yang memberatkan pada Nenek Minah. Pertimbangan yang meringankan, lanjut Bambang, terdakwa Minah sudah lanjut usia, petani tua yang tidak punya apa-apa, selalu menghadiri persidangan tepat waktu meski harus tertatih-tatih karena sudah tua dan rumahnya jauh.

Bahkan, proses hukum yang telah dijalani terdakwa Minah telah membuatnya letih jiwa raga, serta menguras tenaga dan harta bendanya. ''Semua yang dialami terdakwa Minah tersebut sudah cukup menjadi hukuman bagi dirinya,'' tutur Bambang, saat membacakan amar putusan.

Dengan dalih-dalih itu, majelis hakim menjatuhkan hukuman 1 bulan 15 hari kepada Minah dengan masa percobaan tiga bulan penjara. Hukuman tersebut tidak lagi dijalani Minah, karena sudah menjadi tahanan rumah dari 13 Oktober sampai 1 November.

Bila dalam tiga bulan, Minah, warga Dusun Sidoharjo, Desa Darmakradenan, Kec Ajibarang, Kab Banyumas, itu kembali tersangkut masalah pidana, maka dia harus menjalani hukuman di atas. Minah juga harus membayar biaya perkara senilai Rp 1.000. Terhadap putusan tersebut, jaksa penuntut umum (JPU), Noorhaniyah SH, menyatakan pikir-pikir untuk mengajukan banding.

Begitu sidang ditutup, keluarga dan kerabat Minah beserta puluhan warga yang memadati ruang sidang sontak bertepuk tangan. Nenek Minah yang diminta berdiri mendengar putusan tersebut, terlihat melontarkan senyum bersahaja.''Ibu Minah bisa memahami keputusan ini?'' tanya ketua majelis hakim.Nenek Minah pun menjawab, ''Nggih , Pak Hakim.  Matur nuwun (iya Pak Hakim. Terima kasih),'' jawabnya, lugu.

Minah pun langsung keluar ruang sidang. Seakan tak sabar ingin segera pulang, ia lupa menyalami para hakim dan jaksa. Langkahnya tergopoh-gopoh saat hendak keluar kompleks gedung PN.

Sebelum melangkah jauh, Minah sempat dihadang para aktivis LSM yang memberikan ucapan selamat. Bahkan, salah seorang aktivis menyerahkan uang yang dikumpulkan dari para pengunjung sidang. '' Niki ngge sangu kondur, Mbah (Ini buat bekal pulang, Mbah),'' kata seorang aktivis LSM tersebut.

Masalah ini sebenarnya telah selesai saat Nenek Minah meminta maaf kepada 2 mandor PT.RSA dan mengembalikan 3 buah kakao yang telah dicurinya. Sayangnya PT.RSA nampaknya tidak puas dengan permintaan maaf tersebut dan memilih untuk melawan seorang petani tua bernama Minah dengan jalan hukum.

Bagi masyarakat, kasus ini hendaklah dijadikan bahan perenungan bagi kita semua bahwa sisi kemanusiaan memegang peran penting dalam langkah hidup kita. Intinya Nurani lah yang memegang fondasi hidup kita.

Nenek minah mendapat pelajaran bahwa tindakan pencurian walau terlihat kecil dapat menimbulkan kerugian yang besar untuk dirinya sendiri.

Para penegak keadilan mendapat pelajaran bahwa proses formal dalam keadilan yang mau tidak mau harus mereka lakukan sedikit mengeyampingkan sisi kemanusiaan.

Untuk PT. RSA? setidaknya mereka mendapat pelajaran bahwa masyarakat di era ini tidak buta akan informasi. Informasi kecil dapat menjadi suatu berita besar di era ini yang secara langsung baik tidak langsung merusak nama PT.RSA itu sendiri.

neraca keadilan telah ditegakkan.....:)

Kamis, 19 November 2009

Keadilan yang Ambigu

Ada satu artikel yang menarik perhatian saya saat membaca Republika hari ini yakni Kisah Pencurian Kakao oleh nenek Minah. Kisah tersebut menunjukkan potongan2 kecil dari keadilan yang ambigu dala negeri ini. Kisah ini mungkin hanyak debu bagi sebagian orang tapi bagi sang Tersangka yakni Nenek Minah hal ini merupakan kisah yang tidak akan terlupakan baik bagi dirinya maupun keluarganya tentang arti keadilan. Berikut kisahnya

2 Agustus musim Panen Kedelai telah tiba, seperti biasa Nenek Minah ikut memanen di lahan garapannya di dusun sidoharjo, Desa darmakradenan, Kec. Ajibarang, Kab Banyumas. Lahan yang nenek minah garap merupakan lahan yang sedang dikelola PT RSA. untuk tanaman Kakao.Di sanalah kekhilafan nenek Minah terjadi saat beliau melihat tiga buah kakao yang sudah ranum( berwarna kuning kemerah2an) dan siap di petik. Nenek Minah tergoda untuk mengambil ketiga buah Kakao tersebut dengan niat bijinya akan ditanam kembali di kebun miliknya. Setelah Ketiga buah tersebut dipetik oleh Nenek Minah, beliau kembali memanen kedelai.

Sialnya aksi Nenek Minah tersebut dilihat oleh 2 mandor perkebunan PT RSA, Tdan R Mereka melihat tiga buah kakao tergeletak diatas tanah dan didekat sana ada nenek minah yang sedang memanen kedelai sendirian. Kecurigaan pun muncul kepada Nenek Minah dan salah seorang mandor bertanya " Yang memetik buah kakao ini siapa? Nenek Minah dengan jujurnya berkata "Saya", dan salah seorang mandor itu kembali bertanya " Buah itu digunakan untuk apa?" Kemudian Nenek Minah kembali menjawab dengan jujur " Bijinya akan disemai kemudian setelah tumbuh akan ditanam di kebunnya" Tapi jawaban Nenek Minah tersebut membuat salah seorang mandor merasa harus menceramahi Nenek Minah untuk tidak mengulang perbuatannya lagi yakni mencuri. Nenek Minah, yang rupanya mengenal mandor tersebut, meminta maaf karena sudah mencuri dan mengembalikan buah kakao tersebut kepada kedua mandor.

Masalah yang sepertinya sudah selesai dengan baik kemudian muncul sebagai suatu kasus yang menyulitkan Nenek Minah karena seminggu kemudian Nenek Minah mendapat panggilan pemeriksaaan dari Polsek Ajibarang. Di kantor polisi ini Nenek Minah bercerita bahwa beliau diperiksa macam2 yang intinya dituduh melakukan pencurian. Nenek Minah membubuhkan cap jempol pada BAP( Berkas Acara Pemeriksaan) karena beliau tidak bisa tanda-tangan. Padahal membaca aja tidak bisa tapi Nenek Minah tetap harus menjalai proses yang sama sekali tidak dimengerti oleh beliau.

Proses melelahkan bagi seorang nenek berumur 55 tahun tidak selesai sampai disitu, Nenek Minah harus menjalani pemeriksaan di kejaksaan negeri Purwokerto. Nenek Minah mengatakan bahwa disana Bu Jaksa meminta beliau tidak usah membantah agar prosesnya berjalan cepat dan karena Nenek Minah tidak mengerti apa-apa maka beliau mengikuti saja dengan niat agar cepat selesai.

Proses Selanjutnya, Nenek Minah harus berhadapan dengan pengadilan tanpa didampingi pengacara. Nenek Minah didakwa dengan ancaman hukuman dibawah 5 tahun sehingga tidak wajib didampingi pengacara. Sang Nenek pun berkata polosnya " Pengacara itu apa Mas? Wah saya tidak tahu apapa soal itu" ketika ditanya oleh Humas PN Purwokerto mengenai perihal kemungkinan didampingi pengacara.

Nenek Minah dikenakan tahanan rumah selama masa pemeriksaan di kepolisian, kejaksaan hingga menjalani persidangan dari tanggal 13 Oktober sampai 1 November. Beliau tidak pernah satu malam menjalani masa tahanan, yang kini status tahanan itu sudah selesai karena tak ada perpanjangan lagi.

Proses Birokrasi tersebut sangat melelahkan Nenek Minah, yang harus bolak-balik rumah ke kantor kejaksaan & pengadilan sejauh 40 km, dan kondisi kesehatan Nenek Minah pun drop akibat kelelahan fisik dan pikiran karena takut dijatuhi hukuman penjara.

Anak Sulung dari Nenek Minah berharap persidangan dilakukan dengan memakai hati nurani karena memang nilai kerugian yang diderita oleh PT RSA tersebut tidak seberapa. Harga Kakao seberat 3 Kg tersebut menimbulkan kerugian sebesar Rp.30 rb. FYI, dalam kondisi pasar yg normal kakao kering dihargai Rp.17 rb/kg di pasaran sementara Kakao basah hanya dihargai Rp 3.500/kg. Anak Sulung Nenek Minah menambahkan, " Yang dipetik ibu saya hanya 3 buah kakao, kalau diambil bijinya paling tidak sampai setengah kilogram kakao basah atau sebesar Rp 500/biji" Hal tersebut terjadi karena pada bulan Agustus harga biji kakao sedang anjlok , Kakao kering cuma dihargai Rp.7000/kg sementara Kakao Basah Rp.1500/kg.

Kasus Nenek Minah masih diperiksa dalam pengadilan, hingga kemarin, kasus tersebut sudah masuk Pengadilan Negeri Purwoerto dan pada Kamis ini, 18-11-2009, sidang kasus Nenek Minah akan kembali digelar dengan agenda pembacaan pledoi sekaligus pengambilan keputusan oleh Majelis Hukum.

Permintaaf Maaf dan Pengembalian Kakao yang dicuri Nenek Minah nampaknya tidak menghalangi keadilan untuk memproses secara hukum padahal hukuman yang pada dasarnya memberikan efek jera bagi pelaku rasanya sudah dimengerti dan dirasakan oleh Nenek Minah. Nenek Minah dan anaknya hanya beharap "keajaiban" akan terjadi dalam dunia keadilan yang katanya tidak memakai nurani.

Mari Siapapun yang membaca artikel ini baik dari Republika atau dari Blog saya berdoa akan terwujudnya neraca keadilan bukan dari manusia tapi dari Tuhan.

Ar Rahman ayat 9
" Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah mengurangi neraca itu"

Ar Rahman ayat 60
" Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula"

amin....

Selasa, 03 November 2009

Negeri Para Bedebah

 Negeri Para Bedebah


Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan


 syair diatas bener2 menggambarkan nurani yang terusik rasa keadilan....walau awam kita dapat merasakan "emosi" dalam syair diatas...luar biasa kepada bapak adhie massardi selaku mantan jurbir presiden era gusdur..


Pasti kalian juga pernah melihat secara nyata kejadian2 yang sama dengan makna syair diatas baik di lingkungan pendidikan, kerja atau bahkan keluarga..:D


mudah2an semua pribadi intropeksi diri...amin

Senin, 02 November 2009

Pendidikan Di Pedalaman dan Perjuangannya

Laporan wartawan Kompas.com M.Latief

NUNUKAN, KOMPAS.com — Perjuangan guru-guru di wilayah pedalaman bukan lagi soal gaji yang tak cukup atau transportasi ke lokasi mengajar yang jauhnya bukan main. Kemauan dan kreativitaslah yang mereka butuhkan untuk mmbuat siswanya bersemangat dan mudah menyerap pelajaran.

"Bagaimana kami punya cara atau strategi yang bisa membuat siswa senang dan semangat belajar, buat saya itu lebih dari cukup, soal lain-lainnya bisa belakangan," ujar Suwarni, Kepala Sekolah SMAN 1 Lumbis, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, Senin (5/10), dalam kunjungan Kompas.com mengikuti kegiatan monitoring hasil "Lokakarya Angkatan V Tahap II-Program Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)" yang digelar oleh Tanoto Foundation di pedalaman Kabupaten Malinau dan Nunukan, Kalimantan Timur.

Suwarni melanjutkan, mengajar dengan menggunakan alat praktik sederhana, misalnya besi potong dan magnet. Dengan cara itulah, dia sebagai guru fisika mengenalkan langsung mata pelajaran gaya tarik-menarik atau tolak-menolak. Bahkan, Suwarni pun mengaku tak segan menggunakan lagu disertai gerakan tangan, badan, dan kaki untuk membuat siswa bersemangat belajar.

"Memang dituntut untuk kreatif, kita tak bisa lagi cuma mendikte, duduk di depan kelas sementara anak-anak menulis atau menjawab soal. Siswa di sini perlu pembuktian nyata, perlu sesuatu yang rill untuk membuat mereka tertarik mengenai pelajaran yang akan diserapnya," ujar Suwarni, yang mengaku terbiasa melakukan hal-hal semacam itu berkat melakoni kegiatan Pramuka.

Guru ajarkan domino?
Di perkotaan, khususnya kota-kota besar, umumnya para guru tidak terlalu pusing dengan fasilitas untuk mendukung kegiatannya mengajar. Ada kalkulator, komputer, bahkan yang kini semakin hebat dan canggih, yaitu internet. Namun di kawasan pedalaman, "fasilitas" mengajar itu juga dapat diartikan dengan kreativitas guru memanfaatkan apa pun agar siswanya bisa mengerti materi pelajaran yang diberikannya.
Penuturan Djomon Bapila, Kepala Sekolah SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, misalnya. Djomon mengaku, dirinya mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.

"Lalu saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon.

"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.
Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematikanya. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.
Ya, "domino Matematika". Domino tersebut, kata Sugimun, sudah dibuktikannya bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.
Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, pada "domino Matematika" ini kartu tersebut berisi berbagai bilangan pecahan.
"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.
"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.

Kebutuhan pelatihan
Bagi para guru di perkotaan, mengajar bukan masalah besar karena banyaknya kemudahan sarana dan prasarana. Namun, di pedalaman nan jauh dari pusat kota, mereka mengalami banyak kendala untuk meningkatkan kualitas pengajarannya.
Pendapat itu dilontarkan oleh Prof Dr Anita Lie dari EduCon PDC (Educators Continuing Professional Development Center). Anita adalah fasilitator bagi para kepala sekolah dan guru yang menjadi peserta "Lokakarya Angkatan V Tahap II-Program Pelatihan Pengembangan Profesionalisme Guru dan Kepala Sekolah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)" di kawasan Kalimantan Timur ini.
"Apa pun bisa dibuat dan dilakukan secara kreatif agar anak-anak didik mudah menyerap pelajaran mulai dari kardus, botol bekas, menyanyi atau menari," ujar Anita.

"Yang penting guru-gurunya punya kemauan, punya semangat, saya yakin pasti bisa karena di sini sudah terbukti beberapa guru dapat mengaplikasikan kreativitasnya berdasarkan materi pelatihan," tambah Anita.
Sebelumnya, pada tahap lokakarya KTSP tersebut, Anita memberikan berbagai materi khusus untuk meningkatkan kapasitas para guru dalam mengembangkan dan menyusun perencanaan mengajar secara mandiri. Suwarni, Sugimun, serta Djomon adalah tiga dari 46 kepala sekolah dan guru yang mengenyam pelatihan ini.
"Kami hanya berharap, di daerah terpencil seperti ini kreativitas membuat mereka tidak selalu tergantung dengan fasilitas," ujarnya.