Rabu, 14 Oktober 2009

Sang Guru dan Pengabdiannya

 Nah ini satu lagi kisah tentang pendidikan yang patut kita renungkan...sudahkah kita mensyukuri tempat menuntut ilmu kita..:)

Kisah kedua,
         Kisah ini menceritakan tentang pengabdian Pak Guru Haer terhadap pendidikan di Indonesia, khususnya untuk daerah tempat tinggalnya yaitu Kampung Pasir Sireun, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Banten. Pak Haer begitu anak-anak didiknya memanggil bapak tiga anak yang bernama asli Muhammad Haerudin(42). Sebanyak 50 siswa kelas I dan II SDN Filial Lebak Peundeuy patut berterima kasih terhadap pengabdian tulus Pak Heur untuk memberikan ilmu pengetahuannya. SDN Filial Lebak Peundeuy tidaklah sama dengan sekolah-sekolah lain, ruang kelasnya berukuran 4x5 meter berdinding bambu berlubang yang mulai lapuk serta berlantai tanah. Tetapi dengan semangat yang luar biasa, para siswa tidak menghiraukan keadaan tersebut. Mereka selalu belajar dengan riang gembira karena sosok Pak Keur yang selalu membangkitkan semangat saat mengajar. Dengan gaya mengajar yang riang dan komunikatif dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Nyanyian, teka-teki , tantangan kepada siswa untuk saling berlomba menjawab pertanyaan, hingga gurauan adalah cara kreatif ala Pak Haer untuk menyiasati bahan ajar di kelasnya. Hal inik dilakukan Pak Haer agar siswanya tetap bersekolah sehingga dapat membaca,menulis dan menhitung.
Beban tugas yang diemban Pak Haer tidak mudah karena dialah tumpuan bagi anak-anak Kampung Pasir Sireum yang belum menikmati terangnya listrik untuk bisa belajar tiap hari di sekolah. Saat hujan deras yang tak memungkinkan Pak Haer untuk melintasi jalan kampung yang rusak parah dengan sepeda motor kreditannya yang belum lunas itu, beliau berjalan kaki sejauh 2 kilometer untuk mencapai sekolah. Hati Pak Haer tidak tega membiarkan anak-anak yang selalu bersemangat itu menemukan sekolah kosong tanpa menjumpai gurunya disana. Totalitas sebagai pendidik dilakoni lulusan Sekolah Pendidikan Guru Agama ini sejak tahun 1990. Asap dapur dirumahnya dapat mengepul karena Pak Haer bertani di sawah dan mengumpulkan air pohon nira untuk membuat gula aren. Perbaikan hidup sebagai guru baru dirasakan tahun 2003 saat diangkat menjadi guru bantu dengan gaji Rp. 460.000 per bulan. Allah swt dengan rahmat dan kasih sayangnya memberikan rezeki kepada Pak Haer dengan pengangkatan sebagai guru calon pegawai negeri sipil dengan gaji Rp. 1,17 juta per bulan.

     Adapun keinginan Pak Haer yang belum terpenuhi adalah melanjutkan kuliah guna meraih gelar sarjana sehingga ada kesempatan ikut sertifikasi guru, lalu mendapat tambahan gaji lagi. Keinginan tersebut tampaknya hanya menjadi asa bagi Pak Haer semata tapi dengan doa yang tulus kepada Allah swt, beliau yakin keinginannya akan terkabul. Tambahan uang sangat diperlukan Pak Haer guna menyokong kehidupan keluarganya dan biaya sekolah ketiga anaknya, Tatang Hidayat(17), Herawati(8), dan Taufik hidayat(11). Pak Haer sendiri sudah terbiasa hidup prihatin tersebut tak akan surut semangat pengabdiannya. Kepasrahan kepada Sang Khalik akan garis hidup dan masa depan keluarganya menjadikan hatinya tulus melayani bangsa ini. Hal itu dibuktikan dari sebuah sekolah “gubuk” yang jaraknya “hanya” 240 km dari Pusat ibu kota.( Kompas hari minggu tanggal 8 juni 2008)

       Kisah kedua yang sangat menyentuh bagi siapapun yang membacanya. Kisah tentang pengabdian yang tinggi seorang guru guna meningkatkan kemampuan anak-anak didiknya patut di jadikan bahan renungan bagi kita semua. Sudahkan kita melakukan sesuatu untuk orang lain? Saya berharap dengan membaca kisah ini maka kita sesama rakyat Indonesia dapat melakukan sesuatu hal walaupun kecil terhadap orang lain. Semoga 10 tahun kedepan Indonesia berubah menjadi Negara yang sejahtera di semua bidang termasuk bidang ketulusan hati. Amin….

2 komentar:

Javadhimzk mengatakan...

Pertamaxxx aaah... hehe...

Ak kurang mensukuri tempat2 sekolah yang pernah ak singgahi, masalahnya ak jarang masuk skolah,, nyesel juga sih, alhasil nilai2 ku jelek, tapi untungnya ak lulus.. hore...

Mamaku juga Guru,,, berasa deh ini artikelnya.. hix hix,,
missing U Mom..

C'anar mengatakan...

sama gw pribadi juga sering terlena dengan fasilitas wah yang gw dapet di kampus atau di rumah... dan sering kali mengeluh walau sudah mendapat berbagai fasilitas..:)

dengan cerita ini kita dapat selalu merenung dan mensykuri apa yg kita dapat..:)