Minggu, 11 Oktober 2009

Anak-anak, Pendidikan dan Perjuangannya

     Iseng ngutak-ngatik isi laptop dan nemu ini dalam salah satu folder gw berjudul "Kebangkitan Nasional" jadi pengen share ke temen2 semua. tahun 2008 gw sempet punya rencana untuk membuat rangkaian kisah2 perjuangan di bidang pendidikan tapi berhenti karena ada kegiatan lain yg cukup menyita waktu :P.
Berikut salah satu kisah yg gw dapet dari kompas.

Sebanyak 26 siswa SD negeri 6 Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengakayang, Kalimantan Barat, bertaruh nyawa menyeberangi laut agar bisa mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN). UASBN dimulai pada Selasa (13/5) dilaksanakan dengan sistem rayonisasi dan kali ini dipusatkan di SD Negeri 3 Karimunting.  Mereka menggunakan perahu motor tambang sebagai alat transportasi untuk menyeberangi laut sejauh 19 mil (sekitar 35,19 kilomoter). Mengingat jarak yang harus ditempuh sangat jauh dan medan yang harus dilalui adalah Laut maka anak-anak SD negeri 6 Pulau Lemukutan harus berangkat 2 hari menjelang pelaksanaan UASBN. Menurut Tarmidzi, salah seorang guru SD negeri 6 Pulau Lemukutan, mereka tidak mungkin berangkat saat hari H karena kondisi laut yang sulit diduga.Perjalanan dimulai saat mereka harus menyeberangi Laut Natuna menuju pesisir pulau Kalimantan di Teluk Suak, Kabupaten Bengkayang. Selanjutnya, saat telah mencapai darat mereka harus naik angkutan umum untuk menempuh jarak 10 kilometer selama 15 menit untuk mencapai SD Negeri 3 Karimunting.  Berbagai raut muka anak-anak SD negeri 6 Lemukutan ditampakan, ada yang ceria karena mengira piknik dan ada pula yang tegang. Tapi sebagian besar anak-anak mengaku lebih takut tidak bisa menjawab soal-soal UASBN daripada mengarungi laut. Laut merupakan hal yang lumrah bagi mereka karena mereka harus menyeberanginya saat ingin berobat.       
      Sebaliknya, UASBN merupakan hal yang menakutkan bagi mereka karena ketakutan akan kelulusan yang harus mereka capai. Ombak yang mengayun perahu kearah yang tidak menentu seakan mewakili kegalauan mereka siswa dalam kelulusannya. Setelah tiba di SD negeri 6 Lemukutan, para siswa harus membersihkan bangunan tua di seberang jalan yang akan menjadi tempat menginap. Bangunan tembok berukuran 9 meter x 6 meter tanpa penghuni tersebut merupakan rumah dinas guru SD negeri 3 Karimunting. Tempat tersebut sangat kumuh, tidak berlistrik dan atapnya bocor. Tanpa dikomando, mereka langsung menyapu lantai rumah yang penuh debu. Setelah itu, mereka menggelar tikar yang akan digunakan sebagai alas tidur mereka sampai hari terakhir ujian.  (kompas tanggal 20 mei 2008)

Kisah yang ini sangat luar biasa mengingat usia mereka yang masih kecil tetapi memiliki semangat juang yang tinggi guna mencapai cita-cita yang mereka harapkan. Mereka mengajarkan  bahwa berbagai aral rintangan yang menjulang tinggi dapat dipatahkan dengan keinginan yang kuat serta persiapan yang matang. Mudah-mudahan kisah pertama tersebut dapat memberikan pencerahan bagi anda semua.

Tidak ada komentar: